Rabu, 24 Agustus 2011

NEGARA YANG ABSEN: ATAU HAMBATAN KULTUR KOMUNIKASI POLITIK?



Oleh Robert B. Baowollo


Pengantar

Berbagai kritik tajam yang diarahkan pada kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dapat dirangkum dalam satu frasa tunggal: ketidak berdayaan pemerintah mempergunakan kewenangan legal-konstitusional yang ada di tangannya untuk mengatasi berbagai persoalan bangsa dan negara yang, dalam konteks tertentu, cenderung menjadi failed state. Semua kritik dari berbagai penjuru itu membidik presiden SBY dan kelemahan kepemimpinannya sebagai sasaran tunggal. Presiden SBY dinilai tidak mampu dan tidak berani mempergunakan legitimasi-elektabilitas mutlaknya sebagai pemenang pemilu untuk memegang kendali pemerintahan dan mengatasi berbagai kegaduhan politik yang berpotensi menenggelamkan kapal republik ini. Presiden SBY dianggap cenderung memilih bermain di zona aman untuk menjaga citra politiknya dan menghindari kesalahan sekecil apapun yang dapat mencederai citra itu. Pertanyaannya: seberapa akurat bidikan dan muara kritik itu? Apakah presiden SBY dan kepemimpinannya merupakan faktor tunggal yang menyebabkan gagalnya penyelesaian masalah HAM, penegakkan keadilan, pemberantasan korupsi, dan sebagainya? Tulisan ini hendak melihat faktor kultur komunikasi politik Indonesia yang membelenggu siapa saja yang berkuasa di negeri ini untuk menyelaraskan kata dan perbuatannya dalam perang melawan korupsi, penegakkan HAM, dan berbagai penyakit berbangsa dan bernegara lainnya.

Jumat, 27 Mei 2011

INTEGRATIONSPOLITIK UND PÄDAGOGIK DER INTEGRATION - POTRET IMIGRAN DI JERMAN DALAM EMPAT FILM

Oleh Robert B. Baowollo

Dalam rangka Hari Eropa tahun 2011 „Goethe Institut ProgramJogjakarta“ menggelar beberapa film pilihan yang mengangkat kehidupan kaum migran di Jerman, antara lain Befreite Zone (Norbert Baumgarten, 93 menit., 2002), Kebab Connection (Anno Saul, 96 menit, 2005), Ghetto kids (Christian Wagner, 88 menit, 2002) dan Was lebst Du? (Bettina Braun, 84 menit, 2004). Keempat film tersebut dapat dilihat dari beberapa aspek, mulai dari aspek sinemografi sampai masalah politik integrasi (di) Jerman.  Apa saja faktor yang menarik dari keempat film tersebut – dalam konteks kehidupan kaum imigran di Jerman – sehingga perlu diangkat kembali di sini?

Jumat, 28 Januari 2011

MENGAPA MEREKA MEMPROVOKASI MASYARAKAT INDONESIA DI JERMAN?

oleh Robert B. Baowollo

Dalam dua hari ini sejumlah warga Indonesia yang bermukim di Jerman tiba-tiba dihebohkan oleh informasi menyesatkan dari tanah air via email, sms, BB-Messages etc. yang meminta agar warga Indonesia di negeri ini  melakukan aksi ikut memilih untuk membela hak-hak warga Muslim di Jerman. Seruan-seruan membela Islam tersebut didasarkan pada berita media massa Jerman, bahwa seolah-olah Islam dan Umat Muslim di Jerman sedang ditindas. Bahkan seruan tersebut, untuk meyakinkan target groupnya, mengutip kalimat dalam sebuah pooling TV di Jerman pada bulan Oktober 2010 (http://www.tagesschau.de/inland/wulffrede112.html) namun dengan terjemahan yang kelewat dungu atau dengan sengaja didungukan.

Sabtu, 01 Januari 2011

MENINGKATNYA INTOLERANSI DAN OPTIMISME SEMU DI INDONESIA: MELACAK AKAR INTELORENASI DAN KELUMPUHAN NEGARA



oleh Robert B. Baowollo

Pengantar

Isi Laporan Akhir Tahun Kebebasan Beragama 2010 yang dikeluarkan oleh The Wahid Institut menjelang penutupan tahun 2010 tentang kecenderungan meningkatnya intoleransi di tengah masyarakat Indonesia sebenarnya tidak terlalu mengejutkan. Kecenderungan yang sama juga dicatat oleh lembaga-lembaga lain seperti, antara lain, Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Intoleransi tidak saja merupakan persepsi dan/atau negative attitude yang tidak bersahabat, penuh prejudice flavour, dan memiliki kualitas enmity yang kental terhadap pihak lain (others), tetapi juga termanifestasi dalam berbagai bentuk tindak kekerasan untuk mengenyahkan semua yang berbeda dalam perspektif mereka. Perbedaan menjadi ancaman, bukan kekayaan dalam konfigurasi sebuah masyarakat majemuk.