Selasa, 23 Oktober 2012

KEKERASAN DI TANAH PAPUA: KOMUNALISME, SEPARATISME, DAN SECESSIONISM



KEKERASAN DI TANAH PAPUA: KOMUNALISME, SEPARATISME, DAN SECESSIONISM - (Indonesia Bergerak, 2012: 223-237)
Oleh Robert B. Baowollo[1]


Pengantar

Konflik di Tanah Papua adalah jenis konflik yang kompleks[2]: sebagai konflik multi-facets karena merupakan kombinasi dari banyak ragam dan varian konflik yang saling berkaitan, seperti konflik etnik, agama, politik, separatisme, industri/tambang, agraria/kehutanan, dll.; sebagai konflik multi-levels karena terjadi pada level elite (politik dan tradisional), dan pada level akar rumput, bersifat horizontal dan vertikal – bahkan meminjam instilah Prof. Teuku Jacob, konflik di Tanah Papua merupakan konflik diagonal; sebagai konflik multi-actors karena melibatkan banyak pihak yang berkepentingan, mulai dari unsur sipil, polisi, militer, kelompok suku/etnis, kelompok separatis-OPM, kelompok atau orang terlatih khusus (OTK) tetapi tak teridentifikasi, hingga pihak perusahaan multi-nasional/tambang dan pemegang HPH. Konflik di Tanah Papua juga merupakan konflik multi-agenda/multi-isu karena berada dalam dan/atau mengusung agenda-agenda atau isu-isu besar seperti otonomi khusus, penentuan nasib sendiri, keseimbangan keuangan pusat-daerah, bagi hasil tambang, keterdesakan dan keterpurukan penduduk asli Papua secara sosio-kultural dan sosio-ekonomis akibat derasnya arus migrasi dari luar Papua, hingga masalah hak-hak ulayat, masalah pendidikan, HIV/AIDS[3], dll. Di atas semua itu pelanggaran hak azasi manusia terus berlangsung, nyaris tanpa ada kekuatan yang mampu menghentikannya[4].

Senin, 22 Oktober 2012

Informasi Buku: INDONESIA BERGERAK!

Judul Buku: INDONESIA BERGERAK - Percik Pemikiran Komunitas Sekip untuk Perubahan
Editor: Agus Pramusinto & Erwan Purwanto
Kata Pengantar: Donny Gahral Adian
Penerbit: MAP dan MKP UGM bekerjasama dengan Pustaka Pelajar
Tahun Terbit: Oktober 2012
Jumlah Halaman: x+340

Buku ini merupakan hasil elaborasi berbagai tema diskusi terbuka yang diselenggarakan oleh MAP Corner Universitas Gadjahmada Yogyakarta selama satu tahun (2011-2012), terdiri dari 17 bab padat, diawali Sekapur Sirih oleh (pejabat) Dekan Fisipol UGM Dr. Hermin Indah Wahyuni, Kata Pengantar oleh Dr. Donny Gahral Adian (Dosen Filsafat Universitas Indonesia dan Pegiat Lingkar Muda Indonesia), serta Pengantar Editor oleh Agus Pramusinto dan Erwan Agus Purwanto.

Senin, 26 Maret 2012

LUMBUNG: ANTARA KETAHANAN PANGAN DAN KETAHANAN BUDAYA – POTRET KETAHANAN PANGAN NASIONAL DENGAN BERCERMIN PADA KASUS PANTAI UTARA PULAU ADONARA



Oleh Robert B. Baowollo

Pengantar

Krisis ketersediaan beras secara nasional yang diikuti kenaikan harga beras ditanggapi secara reaktif, instan, dan kadang tidak kreatif, dengan gagasan-gagasan bombastis seperti, antara lain diversifikasi pangan agar masyarakat tidak tergantung pada pola konsumsi beras. Gagasan itu disertai dengan upaya paksa melalui himbauan pemerintah dan peraturan daerah agar masyarakat mengkonsumsi makanan non-beras pada hari-hari tertentu. Lalu muncul inisiatif mendirikan lumbung pangan mulai dari tingkat desa hingga kabupaten.